Sabtu, 11 September 2010

Cerpen

ROBERT PATTINSON DI BLOK M

“Mau ke mana lo, cepet balikin tas itu. Balikin gue bilang!” teriak Bianka pada lelaki yang mencopet tas ibu-ibu di bus yang ditumpanginya saat akan pergi ke sekolah. Matanya masih mencari-cari sepatu kets yang tadi dia lempar. Kalau hilang bisa gawat nih, habis ini dia mesti ke sekolah, kan nggak lucu kalau cuma pake sepatu sebelah. Sampe akhirnya Bianka berhasil menahlukkan pencopet itu.

“Jadi gitu ceritanya, makanya gue jadi dekil gini nyampe sekolah.” cerita Bianka dengan Janet teman karibnya. Janet tak heran Bianka memang jago taekwondo kok.

“Terus lo ketemu nggak sama Robert Pattinson itu?” tanya Janet. Ini bukan sembarang Robert Pattinson, Bianka menjulukinya begitu karena gaya orang itu mirip dengan Robert Pattinson yang ada di majalah, caranya bertopi mirip banget walaupun Bianka cuma lihat dari jauh banget. Sudah beberapa kali Bianka melihat cowok itu di Blok M saat ia akan pergi sekolah naik bus, biasanya Robert Pattison lagi nunggu bus juga di halte, tapi kayaknya bus yang di tunggunya beda jurusan dengan bus yang Bianka tumpangi. Buktinya mereka tidak pernah satu bus. Jadi Bianka hanya bisa “menikmatinya” dari dalam bus saja. Dia selalu mengenakan topi, bercelana jeans yang sobek di bagian dengkul, dan tidak ketinggalan tas ransel hitam yang setia nangkring di punggungnya. Bagi Bianka itu cool abis. Tapi sayang, saat kejadian yang super ekstrim tadi di blok M si dia nggak ada. Padalah kalau ada pasti dia salut banget dengan Bianka yang tampil seperti jagoan di film.

“Enggak, dia nggak keliatan tadi. Sayang banget.” kata Bianka lesu. Bianka masih berharap bisa kenalan sama Robert Partinson versi blok M itu syukur-syukur jadi pacar. Bianka jadi cengengesan sendiri sampai Janet menyadarkannya kalau guru sudah masuk kelas.

***

“Bianka pergi dulu ya Ma, bye.” Jam dinding belum menunjukkan pukul enam tapi Bianka sudah melesat ke sekolah. Mamanya jadi bingung, sejak kapan Bianka jadi semangat gini mau sekolah. Mamanya cuma bisa geleng-geleng. Hari ini Bianka bertekad untuk kenalan dengan Robert Partinson di blok M. Dia udah penasaran berat sama tuh orang, belum lagi Janet sahabatnya juga terus memaksanya untuk cepat-cepat kenalan. Karena Janet sudah bosan mendengar cerita Bianka tiap pagi tentang si Robert Pattinson itu.

Kini Bianka sudah tiba di blok M, tapi si Robert kok belum nonggol. Apa karena dia kepagian ya. Tapi Bianka sengaja datang pagi-pagi biar bisa turun dulu di blok M tanpa harus telat ke sekolah. Dia melirik jam tanganya, sudah pukul setengah tujuh, seharusnya Si Robert sudah stand by di sini. Akhirnya Bianka bertanya sama abang yang jualan gorengan. Bianka sering lihat si Robert suka beli gorengan sama abang ini.

“Bang, orang yang suka pakek topi sama bawa tas ransel yang sering beli gorengan sama abang, udah dateng belom.” tanya Bianka sok akrab dengan abang gorengan itu.

“Yang itu neng, udah hampir seminggu ini dia nggak datang ke sini neng. Abang juga bingung, dia orangnya baik dan supel, orang-orang sini banyak yang kenal sama dia.” terang abang gorengan itu.

“Emang, rumahnya di sekitar blok M ini ya bang, kok orang sini banyak kenal.” Bianka berusaha mengorek informasi melalui abang ini.

“Iya neng, rumahnya di belakang sana. Ibunya juga punya toko di blok M. Nah kalo pagi, dia nunggu bus di sini sambil beli gorengan abang untuk bekal ke kampus katanya.” jelas si abang. Oh, jadi dia anak kuliahan, desis Bianka dalam hati. Ingin sekali Bianka bertanya lebih jauh tentang si Robert tapi ia harus cepat naik bus dan berangkat ke sekolah. Akhirnya ia bertekad untuk ke sini dan mengintrogasi abang ini lagi besok pagi.

***

Bianka sedang mengamati buku notesnya.

“Hey, gimana udah ketemu belum sama Si Robert?” tanya Janet yang tahu mengenai rencana Bianka untuk turun di blok M pagi ini.

“Belum, dia nggak pernah nonggol lagi sejak seminggu yang lalu. Gitu kata abang gorengan di sana.” Jelas Bianka sambil menutup buku notesnya. Ia tidak mau Janet tahu hal konyol yang ia lakukan dengan menulis semua data tentang si Robert blok M itu.

So, lo nyerah buat kenalan sama dia.” tanya Janet lagi pada sahabatnya yang lagi mabuk cinta itu.

“Nggak tau ah, pusing gue mikirinnya. Gue cuma ngerasa kalau si Robert itu beda, dia punya sesuatu tapi gue juga nggak tau sesuatu itu apa.” kata Bianka yang jadi sok melankolis.

“Kalau lo mau tahu sesuatu itu apa, lo harus ketemu dan kenalan sama si Robert itu. Sejak ketemu si Robert itu lo jadi semangat pergi sekolah.” Janet berkomentar panjang lebar plus lebay tentang sahabatnya itu.

“Oke, gue akan coba lagi deh besok pagi. Demi Robert Pattinson, walaupun cuma versi blok M. Hhhhahha.” Bianka dan Janet tertawa bersama diiringi suara bel masuk.

***

“Bang, gorengannya lima ribu dong.” Bianka langsung menghampiri abang gorengan begitu tiba di blok M. Pagi ini ia kembali turun di blok M untuk ketemu sama si Robert.

“Ngomong-ngomong orang yang suka pakek topi itu belum dateng ya bang?” tanya Bianka sambil menyantap bakwan. Hari ini dia datang lebih pagi dari kemarin biar bisa ngobrol banyak sama abang ini, sampai-sampai Bianka tidak sempat sarapan.

“Iya neng, dia emang nggak bakal ke sini lagi beberapa hari ke depan.” Abang gorengan itu menjawab sambil membalik pisang yang tengah ia goreng.

“Oh ya, kenapa bang?” Bianka jadi penasaran.

“Saya denger dari orang, adiknya sakit jadi kuliahnya cuti dulu neng.”

“Kok, cuti sih bang? Emang adiknya sakit apa?” hatinya semakin bertanya-tanya.

“Aduh, abang kurang tau neng. Kata orang sih parah. Biaya kuliahnya di pakek dulu buat pengobatan adiknya, jadi dia harus cuti neng.” terang abang gorengan yang ternyata bernama Bang Masmud itu.

Bearti Si Robert bukan orang yang cukup kaya dong, sampai harus cuti kuliah segala karena nggak ada duit, pikir Bianka. Teka-teki Si Robert mulai terbuka satu persatu. Bianka jadi tambah semangat buat kenalan dengan si Robert.

“Emang bapaknya enggak kerja ya bang?” Bianka terus mengintrogasi Bang Masmud.

“Ya ampun neng, bapaknya mah udah meninggal. Jadi yang kerja cuma ibunya sama dia untuk menghidupi ketiga adiknya.”

“Oh, jadi si Robert…ekhm…maksud saya dia juga kerja bang?” huff hampir saja terceplos kalau Bianka memanggil orang bertopi itu dengan sebutan Robert Pattinson.

“Iya. Biasanya dia suka bantu ibu-ibu untuk bawain belanjaan atau suka bantuin nyuci piring di warteg depan, trus kalau hujan dia juga sering nyewain ojek payung. Pokoknya kerja apa aja deh neng yang penting halal untuk biaya kuliah katanya. Makanya abang salut banget sama semangatnya. Bisa terus kuliah walaupun kesulitan biaya.” Bang Masmud bercerita panjang lebar mengenai Si Robert. Mendengar cerita itu Bianka semakin salut dengan kegigihan Robert untuk tetap kuliah walaupun terhimpit masalah biaya. Bianka saja kadang malas kalau harus pergi sekolah, padahal semuanya sudah di sediakan sama orang tuanya. Dia semakin yakin kalau Robert memang bukan sembarang orang.

“Emmm. Abang tahu rumahnya di mana?” Bianka memberanikan diri bertanya pada bang Masmud. Bang Masmud pun berhenti mengaduk adonan gorengannya, dia menatap Bianka dari atas sampai bawah. Dia penasaran siapa Bianka sebenarnya. Tapi Bang Masmud yakin Bianka adalah anak baik-baik.

“Saya tahu neng, mau saya antar ke sana?” sepertinya Bang Masmud sudah tahu arah pembicaraan Bianka.

Bianka melirik jam tangannya, waduh sepuluh menit lagi jam tujuh. Bianka terlonjak kaget. Bagaimana ini? Dia harus tiba di sekolah jam tujuh, ini jelas mustahil secara dari blok M ke sekolahnya menghabiskan waktu dua puluh menit dengan naik bus. Ini gara-gara keasyikan nanya tentang Si Robert dengan Bang Masmud nih.

“Aduh, lain kali aja ya bang, saya udah telat nih. Bye.” Bianka langsung naik ke salah satu bus dan melesat ke sekolahnya.

***

Bianka kembali membuka notesnya dan senyam senyum sendiri di atas kasurnya. Dia terus membayangkan saat pertama kali dia melihat si Robert di blok M. Gayanya cool dan tampak ramah dengan siapa pun, itulah yang membuat Bianka betah berlama-lama melihatnya walaupun hanya dari bus saja. Bianka tidak pernah melihat jelas wajah si Robert, hanya dari samping dan belakang saja, pernah sih Bianka melihat dari depan saat si Robert sedang tertawa tapi karena dia selalu memakai topi dan jarak antara si Robert dan Bianka itu belasan meter alhasil masih tidak jelas juga.

“Janet, gue mau cerita nih. Tadi pagi di blok M gue ngobrol banyak banget sama Bang Masmud tukang gorengan langganan Si Robert. Kata bang Masmud, Robert itu pekerja keras dan penyayang keluarga. Gue juga pernah liat dia ngasih uang sama pengemis gitu padahal dia sendiri juga butuh uang. Sumpah gue takjub banget, gue ngersa udah deket banget sama Si Robert walaupun belum pernah kenalan.” Cerita Bianka lewat Hape.

“Ya iyalah ngerasa deket, secara lo tuh udah jatuh cinta sama dia sejak dua bulan yang lalu. Kenapa lo nggak tanya namanya sama Bang Masmud ?” tambah Janet.

“Gue pengen denger namanya dari mulut dia sendiri, gue pengen banget kenal lebih jauh dengan dia. Gue yakin dia itu special. Makanya besok pagi lo temenin gue ke rumahnya ya, gue udah janji sama Bang Masmud.” Ajak Bianka. Janet jelas menolak untuk bangun pagi-pagi dan melesat ke Blok M.

“Ayolah please, udah nanggung banget tau. Beberapa hari ini duit gue udah habis gara-gara harus turun dulu di blok M dan naik lagi bus ke sekolah, kalau terus gini bisa tekor gue. Makanya besok gue mau menyudahi perjuangan cinta gue.” panjang lebar Bianka menuturkan niatnya untuk pergi ke rumah Si Robert dan menghapus rasa penasarannya.

“Oke deh, kasihan juga gue ngeliat lo. Sekalinya jatuh cinta, sama orang misterius. Jadi repot kan lo.” Janet memang mengakui kalau ini pertama kalinya ia melihat Bianka jatuh hati sama cowok. Janet tidak pernah melihat Bianka sebersemangat ini buat kenalan sama cowok.

Thank you. Thank you. Thank you. Cuma kata itu yang keluar dari bibir Bianka untuk melukiskan rasa terima kasih kepada sahabatnya. Bianka pun menutup matanya membayangkan besok dia akan kenalan dengan Si Robert Pattinson versi blok M itu.

***

Bang Masmud menunjuk ke arah rumah kecil yang bercat krem di ujung lorong. Katanya itu rumah orang yang suka nangkring di blok M dan beli gorengannya. Dengan ditemani Janet, Bianka terus melangkah mendekati rumah itu. Saat jaraknya sudah semakin dekat, perasaan Bianka jadi campur aduk antara senang dan takut. Padahal dia sudah menyusun rencana buat pura-pura mau beli kue karena ternyata ibunya Si Robert itu jualan kue di Blok M. Janet memilih menunggu di jarak agak jauh dari rumah kecil itu, sementara Bianka sudah tiba di depan pintu masuk rumah itu dan celingukan melihat ke dalam. Tiba-tiba sesosok orang dengan topinya berjalan ke luar menuju tempatnya berdiri. Bianka tidak mampu mengangkat kepalanya, dia grogi tingkat tinggi. Jadi dia hanya menunduk saja, tidak berani menatap wajah Si Robert yang kini telah berdiri didepannya.

“Emm, anu… itu… eeemm. Iya… se..la….mat…. pa….gi…” lidah Bianka terasa kaku, dia terus menatap ke bawah dan mengamati sepatu kets Si Robert. Angin pagi yang masih dingin terasa sampai ke tulang Bianka. Dia bigung mau ngomong apa lagi, mau ngajak kenalan dulu atau pesan kue dulu. Aduh kok rencananya jadi berantakan gini sih, sesal Bianka dalam hati. Sekitar lima menit Bianka dalam diam, Si Robert angkat bicara.

“Pagi juga. Ada perlu apa ya mba?” Jegeeeerr. Suara Si Robert seperti petir di pagi hari yang menyambar hati Bianka. Suara itu membuatnya berani untuk mengangkat wajah dan menatap Si Robert tepat pada saat itu Si Robert membuka topinya. Mata Bianka terbuka lebar, darahnya terasa seperti berhenti mengalir. Rambut hitam panjang yang tergerai sampai bawah bahu Si Robert membuat dengkulnya lemas dan nyaris saja ia pingsan. Oh God, ternyata dia bukan Robert Pattinson melainkan Kristen Stewart. Jadi, selama dua bulan ini dia jatuh cinta sama ce....wek! Tubuh Bianka benar-benar terasa kaku, mulutnya kelu tak bisa lagi mengeluarkan suara. Dia hanya diam mematung di depan cewek berwajah yang memang manis itu, tapi tetap saja dia seorang cewek yang tidak bisa dijadikan Bianka pacar.

“Mba Lala, dek Umar badannya panas lagi.” Panggil salah satu anak kecil dari dalam rumah.

“Iya Mba ke dalam. Maaf saya ke dalam sebentar adik saya lagi sakit.” Lalu cewek itu langsung masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Bianka yang masih linglung.

Jadi namanya Lala. Bianka terduduk lemas di lantai teras rumah kecil itu, pupus sudah harapannya selama dua bulan menanti. Betapa bodohnya Bianka harus jatuh cinta sama orang yang nggak jelas terlebih lagi dia seorang cewek. Tapi Bianka tetap salut dengan semangat hidup Lala di tengah kesulitan biaya. Lala punya semangat untuk tetap kuliah dan membahagian ibu dan adik-adiknya. Ya, Bianka tetap mengangap Si Robert atau lebih tepatnya Lala sebagai seorang yang special. J


(By : Amelia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar