CINCIN
by : Amell
Toujours ici pour partager
Toujours ici pour partager
Jihan melirik jam tangan
silvernya. Sudah setengah jam dia duduk manis di sudut café ini, tapi yang dia
tunggu belum juga datang.
“Maaf ya gue telat.”
“Eng..enggak papa kok.”
“Udah lama nunggunya?”
“Iya sih, tapi nggak masalah.”
“Sorry banget ya, sorry.”
“It’s okay.”
“Sudah pesen makan.”
“Sudah, punya lo juga sekalian
gue pesenin tadi. Enggak papa kan?”
“Enggak papa.”
Jihan melirik cowok di
depannya, kemeja garis-garis dengan lengan di lipat acak sampai siku semakin
membuat cowok itu terlihat macho.
“………………………………………..”
“Emmm. Lo cantik banget hari
ini.”
“Hah. Ehh makasih.”
“……………………………………………”
“Jihan, emm gue mau ngomong
sesuatu.”
Ngomong
sesuatu? Jangan-jangan Riko mau nembak gue lagi.
“Gue mau nanya, tapi lo harus
jawab sekarang ya.”
Haaah
gue harus jawab sekarang, yang bener aja, gue beluum siap Riko!!
“Jihan, kok lo bengong sih?”
“Emm, enggak kok, lo mau nanya
apa?”
Tanpa berkata satu kata pun Riko
mengeluarkan kotak kecil dan membukanya.
“Jihan sebenernya gue mau………….…”
Di dalam kotak itu ada
cincinya. Berhias permata mungil yang cantik.
Oh
my God!! Riko bahkan udah nyiapin cincin segala. Oke nggak ada alasan lagi buat
gue nolak dia. Gue harus jawab sekarang!!
“Mau, mau kok gue mau.”
“Yang bener lo, ya ampun gue
seneng banget Jihan.” Riko nyaris berteriak.
“Ya gue juga seneng banget Riko.”
Jihan lagi-lagi tersenyum manis.
Gue
nggak lagi mimipi kan. Apa gue bilang, Riko pasti naksir sama gue, buktinya
sekarang dia nembak gue. Sumpah gue seneeeeeng banget.
“Cincinya bagus kan.”
“Bagus, gue suka banget kok.”
“Emang cuma lo yang bisa
ngertiin gue.” Riko menatap Jihan dalam-dalam.
“Emmm, nggak usah berlebihan
gitu dong, gue kan jadi malu.”
“Gue serius Han, serius
banget.”
Lo
bener-bener romantis Riko.
“Lo tau nggak, sudah hampir
seluruh cewek di kampus gue tawarin tapi nggak ada yang mau. Hampir aja gue
putus asa. Akhirnya ada juga yang mau.” Wajah Riko berseri-seri seperti habis
menang undian.
Jihan berhenti tersenyum.
“Maksud lo?”
“Iya, tuh cincin produk baru
kantor tempat gue magang.”
“____???_____”
“Harganya nggak mahal kok, bayarnya juga bisa
nyicil. Pokoknya bisa di atur deh, harga temenlah. Gimana?” Tanya Riko masih
dengan nada bersemangat.
“WHAAAAAAAAAAAAAAAAT?”