Selasa, 06 Mei 2014

Happy Birthday PAPA :)



Haaaiiii I am back.
Belakangan ini jadwal kuliah saya benar-benar padat merayap. Di penuhi dengan tutorial praktikum dan ujian di mana-mana. Saya cukup tertatih –tatih melewatinya daaaan ternyata masih ada satu ujian lagi yang nyempil di akhir minggu ini. Kadang saat saya merasa lelah dan jenuh dengan semua in,i saya kembali berpikir pantas ga sih saya berada di tempat ini? Tapi ya lagi-lagi hus hus saya buang pikiran itu jauh-jauh, seperti yang sudah pernah saya bilang sebelumnya, ada baiknya kita hanya memikirkan apa yang sedang terjadi sekrang, menjalani apa yang ada di depan mata, bukan berpkir melompat jauh ke depan yang terkadang membuat kita capek sendiri.
             Daaaan yang paling heits membuat saya tetap bisa bertahan dan berusaha keras sampai detik ini adalah jeng…………jeng………………jeng……………….
Yup. My parents! Of course!



                 Terutama sosok papa saya. Bukan bearti mama tidak ambil bagian. Mama adalah segalanya buat saya, memainkan perannya sebagai seorang ibu yang selalu ada buat saya, yang selalu memanjakan saya, membuat saya merasa menjadi anak paling di sayangi di seluruh dunia.
                    Berbeda dengan dengan sosok papa. Bagi saya papa adalah sosok yang menjadikan saya sebagai anak yang kuat dan tangguh. Papa bukanlah sosok yang berasal dari keluarga berada. Papa hanya anak dari seorang tentara biasa yang gugur saat bertugas. Papa sebagai anak kedua tertua dari sembilan bersaudara terpaksa “dikirim” nenek saya ke Palembang untuk tinggal bersama tantenya. Mungkin dari sinilah papa belajar untuk menjadi sosok yang luar biasa. Beliau tidak bisa melanjutkan kuliah demi adik-adiknya, papa lebih memilih melamar pekerjaan di salah satu perusahaan BUMN terbesar di Negara ini. Ya, dengan gajinya sendirilah, papa baru bisa melanjutkan kuliah. 
               Saya dulu sempat merasakan hidup di rumah kontrakan di gang yang sempit, melihat papa pulang larut malam dengan sepedanya. Saat itu saya masih terlalu kecil untuk mengerti betapa susahnya hidup kami saat itu. Aku hanya bisa merengek untuk minta belikan balon yang kata mama dulu sih bisa beli balon karena di  tuker sama botol kecap hahahahaha. 


              Tapi lihatlah sekarang. Alhamdulillah. Papa sudah tidak lagi mengayuh sepedanya di tengah malam, tidak lagi kehujanan dan kepanasan saat pergi bermotor dengan bonceng empat (mama papa kakak perempuan saya dan saya :”)) tidak lagi mencari botol kecap untuk beli balon (karena saya juga sudah tidak berminat lagi dengan balon), tidak  harus menabung untuk sekedar pergi mudik ke tanjung pinang. Allah telah membayar lunas semua kerja keras dan doa-doa beliau.
                 Papa yang dulu bukan siapa-siapa, yang mungkin untuk bermimpi naik pesawat dan tidur di hotel bintaang lima saja tidak berani. Sekarang, Alhamdulliah burung besi sudah bosan mengantarkannya untuk menginjakkan kaki di  berbagai hotel mewah di kota-kota Indonesia. Dan sebelum menginjakkan kakinya lebih banyak lagi di berbagai hotel dan kota Indonesia, papa sudah sempat menginjakkan kakinya di tanah suci Mekkah bersama wanita yang tentu juga luar biasa karena telah mendampinginya sampai ke titik seperti sekarang ini.


               Papa adalah saksi bahwa roda kehidupan itu berputar, kadang kita di atas kadang di bawah. Tapi lamanya waktu kita di atas dan di bawah semua kembali kepada usaha kerja keras dan doa kita. Beliau sudah berhasil menjadi berguna untuk keluarganya (terutama adik-adiknya yang sempat di biayai kuliah oleh papa) dan untuk saudara-saudara yang kurang beruntung lainnya.
                Mungkin itulah yang membuat papa seolah “memaksa” saya untuk menjadi bagian dari profesi berjas putih ini, dia menginginkan saya menjadi orang berguna jauh lebih berguna dari padanya. Beliau ingin aku bisa menolong lebih banyak lagi orang dengan ilmu dan kemampuan yang kelak aku miliki. Bagi papa, tidak perlu menjadi yang paling kaya, yang paling penting, yang paling hebat, tapi jadilah yang paling berguna.
                Terimakasih pa. Saya tidak perlu kata-kata para motivator ulung untuk membuka pikiran ini. Papa adalah bukti nyata, bahwa Allah tidak pernah tidur jika melihat hambanya terus dan terus berjuang dan berdoa.

 Hai Pa, Thanks for Everything. We love you :)

5 Mei 2014
Happy Birthday Pa.
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Rabu, 09 April 2014

Nonton Film Yuuuuuuk :)






Menonton film adalah salah satu hal yang menyenangkan, di mana semua orang melihat film sebagai “seseuatu” yang sudah “jadi” yang bisa di kagumi dan di puji. Setelah tayangan film selesai, barulah kadang muncul behind the scenenya, tapi kebanyakan dari penonton malas dan merasa tidak perlu untuk melihatnya. . Mereka hanya bisa bertepuk tangan, mengomentari, atau bahkan mencaci saat sebuah film telah selesai, tanpa benar-benar peduli tentang  proses pembuatannya.

              Sebenarnya dari sanalah awal dari sebuah film yang bagus, di sana terligat bagaimana satu adegan dalam film itu saja bisa di ulang sampai puluhan kali, menghabiskan banyak tenaga, waktu, dan menyisakan sedikit kekesalan maupun kesedihan. Tapi lihatlah, potongan “kegagalan” itu akan menjadi sesuatu yang lucu jika di kenang lagi, semua orang bahkan pemeran film itu sendiri akan tertawa melihatnya. Padahal saat itu terjadi sungguh sangat-sangaaaaaaaaat (……………..!! losting the words).

Semua orang tidak lagi peduli tentang semua hal itu, karena sebuah film yang apik telah tersaji dengan sempurna.



               Hidup ya seperti peran dalam sebuah film, kita berusaha menampilkan yang terbaik. Orang lain tidak benar-benar tahu bagaimana “jatuhnya” “sakitnya” “gagalnya” kita, tidak pernah tahu berapa puluh bahkan ratus kali kita berusaha mengulang “adegan demi adegan” dari awal.

               Setiap orang punya peran dan film nya masing-masing dengan Allah sebagai sutradara sekaligus penulis skenarionya. Allah Maha tahu semua yang tebaik untuk “aktris-aktrisNYA”




Sabtu, 29 Maret 2014

SAY NO TO GALAU !!! :)

Heelloooowwww bloggaaaa JJJ
Saya tampak bahagia ya sepertinya Hahahaha padalah sih menangis hancur di dalam hati (halah apa bangetlah ini). Ceritanya saya baru selesai ujian daaaaannnnnn I lost my words about that exams T_T

Sebenernya saya sudah melewati beberapa ujian sebelumnya dan hasilnya yaa just so-so (sejujurnya maknanya tidaklah se-so-so itu). Hal ini kadang membuat saya galau, mulai mematut-matut diri apakah saya pantas berada di sini? Menjadi bagian dari pendidikan ini? Kok saya merasa sangat lelah dan tak berdaya ya (lebay sih), ya pokoknya saya merasa sangat tertatih-tatih dan terseok-seok berjalanan di jalan ini. Padahal pendidikan ini baru saya lalui enam bulan saja. Saya tahu pendidikan ini di lihat begitu istemewa diluar sana, kadang hal itulah yang membuat saya sedikit terbebani. Ya walaupun kadang (sering sih hahaha) terlintas rasa bangga bisa menjadi bagian dari pendidikan ini, tapi tetap saja menjalaninya hanya dengan rasa bangga tidak akan membuat perjalanan ini menjadi lebih mulus.
         

Biasanya nih ya pada saat ujian, pas saya baca sebaris soal dan saya mentok alias ga tau jawabannya, sering kali terlintas di pikiran saya beberapa pertanyaan. Apakah kelak saya mampu menjadi sosok seperti mereka (sambil ngeliatin dosen pengawasan), Sungguh tidak terbayang bahwa kelak saya akan menjadi bagian dari profesi mulia itu profesi berjas putih itu? Apa saya mampu duduk di belakang meja menunggu seseorang yang datang dan meminta bantuan saya? Bagaimana kalo ternyata saya tidak mampu membantu seseorang yang datang kepada saya, bagaimana kalo orang yang saya bantu malah tambah buruk kondisinya? Bagaimana saya harus bertanggung jawab menjaga nama baik profesi ini, nama baik keluarga, nama baik diri sendiri, dan satu lagi Bagaimana saya bisa mempertanggung jawabkan sumpah yang kelak akan saya ucapkan atas nama Allah. Terlalu banyak bagaimana-bagaimana lain yang sering melintas di kepala saya. Sampai kadang membuat saya sendiri muak hahaha.


Dan tik tok tik tok tik tok waktu ujian terus berjalan selama saya sibuk meratapi masa depan yang bagi saya  masih terlalu gelap dan belum bisa terlihat. Saat saya kembali sadar bahwa saya harus melanjutkan menjawab soal maka saya meninggalkan soal yang menggalaukan tadi dan pindah ke soal lainnya

Seorang anak berusia 8 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal dan muncul bercak dan bentol merah pada seluruh tubuh setelah mengkonsumsi udang. Setelah melakukan anamnesis pasien dinyatakan terkena alergi. Obat apakah yang paling tepat di berikan pada anak tersebut?

Ahaaa! Sepertinya saya tau jawabannya. Soal ini membuat saya yakin bahwa di masa depan masih ada sedikit cahaya hahaha. Rasanya saya sudah siap untuk berhadapan depan ribuan pasien di luar sana, rasanya saya sudah siap untuk menulis resep dengan tulisan “cakar ayam” itu, rasaaaanyaaaa aaaaaaaaahhhhhhhhhh besok pun saya siap untuk mengucap sumpah. Oke mari beralih ke pilihannya.
a.       Obat yang menduduki reseptor alfa
b.       Obat yang menduduki reseptor histamine 1
c.       Obat yang menduduki reseptor histamine2
d.       Obat yang menduduki reseptor dopaminergik
e.       Obat yang menduduki reseptor adrenergic beta2

Whaaaaaaaaaaat? Pilihan macam apa ini, yang terlintas dalam pikiran saya tadi adalah CTM alias klorafeniramin. Ternyata saya harus menggali ingatan lebih dalam lagi, daaaaaaaaaaan………………

“Waktu kalian tinggal sepuluh menit lagi ya dek.”

Hah! Saya memandangi lembar jawaban yang masih harus di isi itu, ada sekitar 20 soal lagi harus di kerjakan dalam waktu sepuluh menit. Okay not bad T_T

Yaaah jadi begitulah, saya sadar seharusnya saya tidak perlu memikirkan hal-hal yang terlalu jauh. Say no to Galau!! Lakukan saja dulu apa yang ada di pelupuk mata, kalo memang saatnya ujian ya kerjakan saja dulu soalnya. Kalo memang saatnya tutorial, ya tulis saja dulu logbooknya, kalo saatnya lab ya baca dulu saja penuntunnya. As simple as that. Masa depan memang masih gelap, jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengumpulkan lilin sebanyak-banyaknya agar masa depan depan menjadi lebih terang (analogi macam apa ini -_-)



Sutralaaaaaaaaaaaaaa tidak perlu ambil pusing tentang segala sesuatu yang masih jauh di luar sana, mari memikirkan sesuatu yang sudah ada di depan mata. Misalnya tentang bagaimana saya harus mengisi hari libur saya yang dua hari ke depan ini. Haruskah saya nonton film di bioskop, atau ke gramedia untuk membeli beberapa novel, atau wisata kuliner cicip cicip makanan yang enak, atau have a quality time with my room dengan leyeh-leyeh di kasur sambil nonton koleksi running man yang belum sempat saya tonton atau………………………. Ah ternyata pilihan ini lebih sulit dari soal MCQ saat ujian blok!!!





Sabtu, 22 Maret 2014

HELLO FRIENDS \(~o~)/



Pernah denger atau baca kalo dalam hidup ini kita yang berusaha, Allah yang menentukan dan orang lain yang meribetkan. Emang gitu kok hokum semestanya hahaha. Ya tampaknya perjalanan hidup saya memang sangat menarik untuk direbetkan oleh beberapa orang J
Banyak yang bilang Sayang banget ya, kamu ini banyak ngabisin duit orang tua.
Ada lagi yang bilang Apa ga buang-buang waktu tuh untuk mulai lagi dari awal?

Hahaha tenang saja kawan,,, Alhamdullilah saya dan keluarga tidak lantas jatuh miskin karena saya yang sempat “hijrah” ke tempat itu. Alhamdullilah. Dan masalah waktu, terbuang? Bagian mana yang terbuang dalam satu tahun masa-masa saya di tempat itu? Tidak ada yang terbuang sama sekali semuanya terpakai J

The other Hometown, Bandung :)

Saya merasa keberuntungan yang paling beruntung dalam 19 tahun hidup saya (selain berada di posisi sekarang ini) adalah pernah menjadi bagian dari tempat itu. Belajar banyak sekali hal yangtidak akan pernah saya dapat seandainya saya tidak berada di posisi kemarin. Merasa menjadi sosok yang lebih dekat dengan-NYA. Membuat saya sadar ternyata saya lebih kuat dan tangguh dari yang saya bayangkan (seorang Amellia, si anak bungsu yang kalo dulu mau sekedar nge-print atau beli buku saja harus “merusuhkan” orang satu rumah, bisa tinggal di tempat yang Amellia tidak kenal satu orang pun tidak punya satu sanak saudra pun, How can?!! Hahaha)

Dari tempat itulah saya pertama kalinya menyadari bahwa keluarga bukan hanya mereka yang punya pertalian darah, bukan hanya mereka yang tertulis di kartu keluarga, bukan hanya kita yang berasal dari tempat yang sama, tapi kita akan banyak menemukan keluarga lain di luar sana. Banyaaak sekaliiiiiiii.................

My real Hometown!! Palembang :)

“Hijrah”nya saya ke tempat itu adalah langkah pertama yang menyadarkan saya bahwa masih terlalu sedikit kaki ini melangkah. Masih terlalu sedikit yang saya lihat, padahal Allah menciptakan semesta ini dengan begitu luas.

Sampai akhirnya Allah kembali memberiku kesempatan baru kepada saya untuk mencicipi pengalaman yang berbeda lagi. Di sini di tempat yang baru ini, saya menemukan keluarga yang baru lagi, bukan hanya berbeda drah, berbeda bahasa, tapi juga berbeda cara kami dalam berdoa. Subhannallah. Dan kelak saya siap untuk “hijrah” ke tempat baru lagi mencicipi pengalaman yang lain lagi, untuk menjadi kaum minoritas misalnya hehehe. Amin J
My second home, Medan :)


Kalian tau kawan, saya rasa seluruh uang dan harta yang saya miliki tidak akan pernah cukup untuk membeli semua cerita, pengalaman, keluarga baru dan hal-hal luar biasnya lainnya yang saya dapat dalam perjalanan hidup saya ini :’)