Sabtu, 14 Desember 2013

Sebuah Peringatan dari Seorang Teman


Kali ini aku mau cerita tentang seorang teman yang tiba-tiba ngirim aku sebuah pesan yang isinya cukup membuatku berpikir sejenak.
Jadi isi pesannya itu dia nanya
"kelak kamu mau jadi dokter yang seperti apa?" Lah ni orang ga ada angin ga ada hujan kok pertanyaannya serius amat. Aku juga bingung mau jawab apa, aku kan baru jadi mahasiswa tingkat satu pendidikan ini.
Alhasil, aku berusa jawab dengan se-ambigu mungkin hahaha.
 “Doain aja semoga pendidikan aku selama 6 tahun ini lancer, masih banyak hal yang harus aku pelajari supaya aku tahu kelak aku mau jadi dokter yang seperti apa.” Cakep gat uh jawaban aku, hasil searching di google tuh -_- Trus aku tanya dong kenapa dia tiba-tiba nanya gitu?
Ternyata eh ternyata, dia bilang kalo dia baru aja dari dokter dan dia di marahin sama dokternya.

Cerita singkatnya gini.
Jadi temanku ini kebetulan adalah seorang volunteer untuk mengajar anak-anak di bawah kolong jembatan. Kemaren anak kolong jembatan itu sakit, dan di bawa lah ke apotek oleh temanku ini. Setelah nungguin lumayan lama, sesampainya di ruang dokter, temenku ini di marahin sama dokternya. “Kenapa baru di bawa sekarang?” kata dokter itu. Setelah temen aku jelasin kronologinya, dokternya bilang “saya ga bisa ngasih resep nanti kalo ada apa-apa saya bisa di borgol, bawa ke rs aja.” Dan temenku itu pun langsung pulang, saat keluar dari ruang dokter, assisten dokternya ngejer dan dokternya ternyata ngasih uang dua puluh ribu. Karena hari hujan dan temenku itu naik motor, dia ga tau mau ngapain jadi dia balik lagi ke kolong jembatan.
Terakhir temenku bilang. “Kelak kamu jangan jadi dokter yang seperti itu ya.”

Aku harus jawab apa? Aku cuma seorang mahasiswa tingkat satu yang berharap ujian blok tidak ada remedial. Tapi kalo enggak aku jawab, aku merasa tersudut, seolah profesi ini menjadi profesi pengecut yang tidak berani mengabil tindakan. Lagi-lagi aku berusaha jawab seambigu mungkin.
“Emang sakitnya apa? Kok dokternya sampe bilang knapa baru di bawa sekarang?  Udah parah atau gimana? Mungkin kondisi anaknya memang sudah di luar kompetensi dokter itu, jadi kalo dia sok-sok nangani emang melanggar kode etik.”

Daaaan ternyata anaknya itu sakit gigi, dan temenku itu bawanya ke dokter umum. Aku ga tau siapa yang salah di sini, aku juga ga mau men-judge siapa pun. Toh aku di sini  juga bukan siapa-siapa mungkin suatu hari aku bisa jadi seorang pasien yang juga mendapat pelayanan yang kurang memuaskan dari seorang dokter.

Aku hanya bisa berpesan satu hal sama temanku itu.
Ada banyak hal yang kamu tidak ketahui tentang profesi ini, banyaaaaak sekali. Don't Judge Something That You Don't Understand. Tapi bukan berarti aku juga tau segalanya, aku masih harus banyak belajar tentang profesi ini. Sebuah profesi mulia, yang dari luar terlihat begitu hebat dan istimewa tapi menyimapan sejuta beban di dalamnya.
Tapi tenang saja, aku tidak akan menyesal kok menjalani pendidikan ini untuk menjadi bagian dari profesi itu. Toh setiap profesi pasti punya dua sisi, hitam dan putih. Begitu pun dengan profesi ini. Tapi yakinlah sisi putih jauh lebih dominan.
Tidak perlu khawatir kawan, aku janji kelak aku akan berusaha menjadi yang berguna, agar semua ilmu dan perjuangan yang aku lalui selama ini tidak sia-sia.
Terimakasih sudah mau mengingatkan aku agar aku kelak tidak menjadi bagian dari sisi hitam profesi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar