Selasa, 26 Oktober 2010

Akhirnya Selesai Sudah :D

Apa yang selesai? Banyaaaaak. UTS udah selesai, beberapa remedial juga udah selesai, dan yang paling penting masalah yang seminggu ini mengganjal di hati selesai sudah. Masalah apa?

Jadi, ceritanya nih aku dan dua temanku les di salah satu tempat les bahasa asing di Indonesia (cieee). Kejadiannya hari Selasa (tggal nggak inget, sengaja dilupakan), kami seperti biasa pulang sekolah pukul empat, dan seperti biasa pula kami datang terlambat. Saat kami masuk kelas, kami di suruh duduk di pinggir di tempat terpisah dari yang lain. Awalnya aku nggak berfirasat apa-pun, karena aku merasa semua guru di sini sudah tahu kondisi kami yang pasti datang terlambat. Ternyataaaa. Kami di sidang habis-habisan. (Berikut cuplikannya : suasana sangat tegang – keringet dingin – pikiran blank – sudah di terjemahkan ke bahasa yang mudah dimengerti)

“Kenapa kalian datang terlambat.” Pertanyaan pertama dari Sang Guru.

“Maaf, kami pulang sekolah pukul 4, jadi pasti terlambat.” Jawabku gugup.

“Lalu, kenapa kalian pilih jam segini?” Pertanyaan kedua. Lumanyan bikin jantungan.

Kami berempat diam. (satu orang lagi teman sekolah, telat juga, tapi nggak bareng kami).

“Apa yang mesti saya lakukan untuk kalian.” Pertanyaan ketiga. Membigungkan.

“Anda bisa beri kami tugas sebagai hukumannya.” Itulah yang keluar dari mulutku saat itu.

“Ohh, tidak. Nambahin pekerjaan saya saja.” Tolak Sang Guru.

Setelah itu, kami hanya diam saja. Mendengar semua kata-kata yang dia lontarkan untuk kami. Aku sendiri kurang ngeh apa yang dia bilang, tapi intinya dia nggak bisa kasih kami dispensasi untuk terlambat. Dia kasih kami pilahan, yang kami sendiri nggak bisa memilih salah satu dari pilihan itu. Setelah ini dan itu, kekesalan kami sudah memuncak (karena ada satu hal yang paling penting yang dia singgung), pokoknya kami memilih untuk keluar dari kelas, ya setidaknya itu pilihan kami saat itu. Sebenernya masih banyak perdebatan yang terjadi, yang buat kami malu setengah mati di depan temen-temen lain. Dia (guru itu) bersikap nggak adil, ada yang telat juga tuh, tapi nggak di siding habis-habisan kayak kami. Setelah keluar dari kelas, kami lontang –lantung di luar, nggak tau apa yang mau dilakukan. Untuk pertama kalinya aku KELUAR kelas dengan tidak terhormat. Menyebalkan. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah hari.

Besoknya kami (hanya bertiga) datang lagi ke tempat les itu lagi. Pertama - kami tanya ke bagian administrasi tentang nasib kami, kedua - kami nemuin guru kemari dan minta maaf sekalian bilang mau pindah kelas dengan alasan yang mengada-ngada, ketiga -kami di kasih pilihan untuk pindah jam malam atau hari lain ( keduanya punya problem yg sma, kelasnya sudah penuh banget), ke empat - kami milih hari lain dengan jam 4 juga dan menemui calon guru baru kami, kayaknya dia bisa terima keterlambatan kami. Oke kami pulang.

Hari selanjutnya, kami datang lagi untuk masuk ke kelas yang baru. Ke bagian administrasi dulu, ada ini dan itunya, bikin ribet. Ternyata, kami di kasih surat yang harus ditandatangani sama guru yang kemarin, alhasil kami naik ke lantai tiga nyari guru kemarin. Nggak taunya, dia nggak masuk. Balik lagi ke bagian administrasi (di lantai 1), kami di suruh minta surat lain lagi dulu -untuk pindah sementara- di lantai dua. Lanjut ke lantai dua, sampe di sana – ada yg bilang lagi nggak ada orang, dan di suruh balik ke administrasi lagi. Aaaarrrrgggghhhh!!!! Kami bilang administarsi yang suruh kami ke sini. Surat itu sudah di tangan, kami isi datanya, dan langsung ke kelas yang baru. Sampe di depan kelas, kami ngintip dari jendela, ternyata bukan guru baru yang kami temui itu, trus kelasnya penuh banget, nggak ada kursi lagi, udah jam 5, artinya telat I jam. Pasrah dengan segala kesialan hari ini. Kami nggak jadi masuk tuh kelas, keluar dari tempat les itu, dan makan di fastfood. Capek ati, capek badan, capek pikiran. Nasib kami, bener-bener nggak jelas, padalah kami udah bayar separoh biaya lesnya, tapi kami belum masuk kelas sekalipun. Kesel, benci, marah. Sama tempat les ini – guru kemarin yang nggak pengertian – sekolah yang pulangnya kelamaan – atau kami yang memang nggak bisa mengatur waktu – entahlah siapa yang salah, kami juga nggak ngerti ! Sudahlah, yang jelas ini semua harus segara diakhiri.

Untuk kesekian kalinya, kami datang lagi ke tempat les itu untuk mengakhiri semua masalah ini. Aku dan satu temanku memilih untuk berhenti, mengikhlaskan duit bayaran sebagai infak dan sadakoh. Sedangkan teman yang satu lagi, memilih bertahan dan pindah hari dengan segala keterpaksaan di sana-sini. Kami (aku dan satu temanku) merasa nggak bisa memaksakan kehendak. Ya, jujur ini piliahan yang sulit. Aku sudah tiga tahun les disini, dan harus berakhir dengan kondisi yang tidak mengenakkan seperti ini. Tapi apa boleh buat, daripada semuanya ribet, kami juga susah menjalaninya, lebih baik kami ambil perioritas yang lain, yaitu LES MIPA. Oke, keputusan kami (aku dan satu temanku) sudah bulat untuk memilih les mipa dari les bahasa asing itu, hidup harus memilih bukan? Kami yakin ini yang terbaik, Insyaallah kami nggak menyesal dengan keputusan ini. Ini akan jadi pelajaran untuk kami - agar bisa memilih yang mana yang menjadi perioritas utama – agar nggak selalu memaksakan kehendak, dan mengerti sikon – agar bisa mengatur waktu dengan baik supaya nggak terjadi hal serupa lagi. Hahhahaahha. AKHIRNYA SELESAI SUDAH J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar